Encuesta

free counters

Pengikut

Translate Your Language

FREE SMS..!

DISUNAT JIN ??..


Hipospadia atau di sunat jin adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Tujuan utama penanganan operasi hipospadia adalah merekonstruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya kedepan dan dapat melakukan koitus dengan normal, prosedur operasi satu tahap pada usia yang dini dengan komplikasi yang minimal.
Penyempurnaan tehnik operasi dan perawatan paska operasi menjadi prioritas utama.
Pada hipospadia muara orifisium uretra eksterna (lubang tempat air seni keluar) berada diproksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis, sepanjang ventral batang penis sampai perineum. Jadi lubang tempat keluar kencing letaknya bukan pada tempat yang semestinya dan terletak di sebelah bawah penis bahkan ada yang terletak di kantong kemaluan.
Seperti tampak dalam gambar. Tampak variasi dari letak orifisium uretra eksterna (dapat bervariasi mulai dari anterior, middle dan posterior)
Tindakan operasi harus dilakukan sebelum anak memasuki usia sekolah. Diharapkan anak tidak malu dengan keadaannya setelah tahu bahwa anak laki lain kalau BAK berdiri sedangkan anak pengidap hipospadia harus jongkok seperti anak perempuan (karena lubang keluar kencingnya berada di sebelahi bagi bawah penis). Selain itu jika hipospadia ini tidak dioperasi, maka setelah dewasa dia akan sulit untuk melakukan penetrasi / coitus. Selain penis tidak dapat tegak dan lurus (pada hipospadia penis bengkok akibat adanya chordae), lubang keluar sperma terletak dibagian bawah.
Operasi hipospadia satu tahap (ONE STAGE URETHROPLASTY) adalah tehnik operasi sederhana yang sering dapat digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Sambil dilihat di gambar, tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang middle.. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris tidak dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yang bengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal skin hood dan propenil bifid scrotum (saya agak kesulitan mencari istilah awam untuk istilah medis diatas). Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di skrotum atau sisa kulit yang sulit di”tarik” pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra (saluran kencing). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap. Operasi Hipospadia dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing) nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak yang normal), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral / bawah penis. Tahap selanjutnya (tahap kedua) dilakukan uretroplasti (pembuatan saluran kencing / uretra) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tehnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.
Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter.
Secara umum tekniknya terbagi menjadi operasi satu tahap dan multi tahap. Operasi perbaikan komplikasi fistula dilakukan 6 bulan paska operasi yang pertama.
Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah tindakan yang amat sangat penting. Orang tua harus dengan seksama memperhatikan instruksi dari dokter bedah yang mengoperasi. Biasanya pada lubang kencing baru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai luka betul-betul menyembuh dan dapat dialiri oleh air kencing. Di bagian supra pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air kencing.
Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan terlebih dulu sampai seorang dokter yakin betul bahwa hasil uretroplasty nya dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah itu kateter dilepas. Komplikasi paska operasi yang terjadi : 1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi. 2. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% . 3. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis. 4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. 5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang. 6. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
Untuk menilai hasil operasi hipospadia yang baik, selain komplikasi fistula uretrokutaneus perlu diteliti kosmetik dan ‘stream’ (pancaran kencing) untuk melihat adanya stenosis, striktur dan divertikel.
Sebelum anak di operasi, dokter akan memeriksa dulu kondisi si anak. Untuk operasi anak-anak, selain prosedur-prosedur yang biasa dilakukan sebelum operasi, maka ronsen toraks (paru jantung) juga dikerjakan. Ditanyakan juga apakah ada riwayat terkena asma, batuk pilek, TBC. Kalau si anak dinilai masih kurang sehat tentu saja keadaan umum nya harus diperbaiki dahulu

Read More..

Perlukah vaksin IPD..?

Saat ini sedang marak informasi mengenai vaksinasi IPD sebagai vaksinasi tambahan untuk anak-anak. Apa sebenarnya vaksin IPD ini? Perlukah untuk diberikan?

Sebelum kita membahas mengenai vaksin IPD, tentu lebih baik kita mengenal apa itu IPD dan apa saja penyakit yang bisa diakibatkan olehnya pada anak-anak. IPD atau Invasive Pneumococcal Disease adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri tipe Pneumococcus atau Streptococcus pneumonia. Sebenarnya bakteri ini termasuk pada flora normal yang tinggal di dinding hidung dan tenggorokan tanpa menimbulkan gejala apapun. Tapi pada anak kecil dengan daya tahan tubuh yang masih lemah dibandingkan orang dewasa maka bakteri ini dapat berkembang biak menjadi penyakit.

Lalu apa saja penyakit yang bisa ditimbulkan oleh IPD ini?

* Pneumonia (radang paru)
* Meningitis (radang selaput otak)
* Bakterimia (infeksi bakteri pada darah)

Selain itu pneumococcus juga sering menjadi penyebab infeksi telinga tengah (otitis media) dan sinusitis pada anak-anak.

Kenapa vaksinasi IPD ini penting?

Vaksin IPD penting bagi anak-anak karena vaksin ini dapat mencegah timbulnya penyakit akibat IPD tersebut. Streptococcus pneumonia ini dikenal sebagai salah satu penyebab infeksi terbesar pada anak di bawah 2 tahun dan infeksi yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kematian pada anak (pneumonia dan meningitis). Selain itu anak bisa tuli permanen akibat otitis media yang ditimbulkan dan bakteri ini juga sudah banyak yang resisten terhadap antibiotic jadi semakin sulit untuk diobati.

Ada berapa jenis vaksin IPD ini ?

Saat ini ada 2 jenis vaksin IPD yang beredar yaitu :

* Prevenar atauPCV 7. Vaksin jenis ini dapat diberikan pada anak usia <> 2 tahun dan kurang efektif dibandingkakn PCV 7, hanya saja harganya lebih murah.

WHO dan AAP sendiri menyarankan agar orang tua memilih vaksin PCV7 sebagai pilihan vaksin IPD karena efektifitasnya. Saat ini sedang dikembangkan vaksin IPD baru yaitu PCV 13 hanya saja belum ada penelitian lanjut mengenai efektifitasnya dan keamanannya.

Siapa saja yang harus mendapatkan vaksinasi IPD?

Memang saat ini di Indonesia vaksin IPD belum diwajibkan. Tapi di luar negeri vaksin IPD wajib diberikan pada anak dengan usia di bawah 2 tahun atau anak berusia dibawah 5 tahun dengan faktor resiko tinggi seperti :

* Penderita anemia sel sabit dan variasinya
* Anak dengan limpa tidak berfungsi atau tidak memiliki limpa
* Anak dengan Infeksi HIV
* Anak dengan kondisi sistem imun yang menurun misalnya kanker, transplantasi organ, sindroma nefrotik, penggunaan kortikosteroid jangka panjang dll
* Anak dengan penyakit kronis misalnya penyakit jantung bawaan, penyakit paru kronis, diabetes mellitus, kebocoran cairan otak, penyakit hati dan ginjal kronis.
* Sebelum dan sesudah implantasi rumah siput (cochlea) di telinga.

Kapan saya tidak boleh memberikan vaksin IPD pada anak saya?

Jangan berikan vaksin IPD pada anak yang alergi saat dilakukan imunisasi DPT karena vaksin IPD memiliki protein pengangkut yang sama dengan dengan DPT.

Kapan waktu yang tepat memberikan vaksinasi IPD?

Sebaiknya vaksin IPD diberikan sebelum anak berusia 6 bulan dengan batas minimal usia pemberian adalah 6 minggu. Vaksin ini diberikan secara bertahap sesuai usia anak yaitu :

* Usia <> 400C)
* Anak kejang

Bagaimana bila diberikan dengan imunisasi wajib lainnya?

Vaksin IPD bisa diberikan bersamaan dengan imunisasi lainnya, hanya saja disuntikan pada tempat yang berbeda misalnya vaksin DPT pada paha kiri dan vaksin IPD pada paha kanan.

Apakah masih perlu pemberian vaksin lain setelah vaksin IPD ?

Tentu saja anda tetap harus memberikan imunisasi lain selain IPD pada anak anda. Apalagi vaksin IPD dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi lain jadi memudahkan anda dalam mengatur jadwal kunjungan.

Dimana saya bisa mendapatkan vaksin IPD ini?

Vaksin ini sudah dijual bebas di Indonesia hanya saja harganya cukup mahal karena belum menjadi program wajib pemerintah.

Jadi perlu atau tidak vaksinasi IPD ini?

Seperti kata pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”, jadi bila dengan vaksin IPD bisa mencegah penyakit berbahaya, kenapa tidak anda berikan pada buah hati tersayang anda.
source:www.pneumo.com

Read More..
blogarama - the blog directory
PlanetBlog - Komunitas Blog Indonesia