FREE SMS..!
STOP!..Diskriminasi ODHA
Diposting oleh Seno di 21.43
Pil Peremaja Jantung
Pil yang dapat meremajakan kembali jantung yang rusak pada penderita serangan jantung akan segera terwujud. Demikian klaim sekelompok peneliti di Inggris. Lima tahun lalu proses itu dianggap mustahil dilakukan.
Para peneliti di University College London telah menemukan protein bernama thymosin Beta 4 yang menjadi kunci pertumbuhan jantung di usia muda. Protein tersebut ternyata bisa membangunkan kembali sel punca yang dorman (tidak aktif) pada organ orang dewasa. Protein itu pula yang akan digunakan untuk menstimulasi sel punca sehingga mampu meremajakan jantung.
Pil yang mengandung protein thymosin Beta 4 ini nantinya akan membantu pembentukan kembali otot dan pembuluh darah di sekeliling jantung yang rusak ketika terjadi serangan jantung. Dengan begitu kerusakan jantung yang lebih parah akan menurun drastis sekaligus memperbaiki kualitas hidup penderitanya.
Eksperimen yang mereka lakukan pada tikus menunjukkan adanya peningkatan performa jantung sebesar 25 persen setelah tikus menerima protein thymosin Beta 4. Kini, mereka berharap dapat melakukan uji coba pada manusia dalam beberapa tahun mendatang.
Profesor Paul Riley secara optimistis membayangkan pasien yang berisiko serangan jantung meminum pil itu dan kerusakan jantung mereka bisa diperbaiki. Sementara Profesor Peter Weissberg selaku direktur medis British Heart Foundation yang mendanai riset tersebut mengatakan, "Perbaikan kecil pada kondisi jantung akan membawa peningkatan besar pada kualitas hidup pasien."
Studi inovatif ini menunjukkan bahwa jantung orang dewasa mengandung sel yang apabila diberi stimulus yang tepat, dapat diaktifkan dan membentuk sel-sel jantung baru yang dapat memperbaiki kerusakan jantung. (Sumber: The Telegraph)
Read More..
Diposting oleh Seno di 08.02
Penggunaan Ibuprofen Menurunkan Risiko Penyakit Parkinson
Kalbe.co.id - Penggunaan ibuprofen dikaitkan dengan risiko penyakit Parkinson yang lebih rendah sebanyak 38%. Tetapi penggunaan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug) lain seperti aspirin atau acetaminophen tidak memberikan efek protektif tersebut. Hal ini disampaikan oleh Xiang Gao, MD, PhD dari Channing Laboratory (Brigham and Women's Hospital) dan Harvard Medical School, Boston, Massachusetts. Studi ini menggunakan data dari cohort prospektif besar yang masih berjalan, Nurses' Health Study (NHS) dan Health Professionals Follow-up Study (HPFS). Hasil temuan ini didukung oleh studi meta-analisis, yang dipresentasikan pada American Academy of Neurology 62nd Annual Meeting di Toronto, Ontario, Canada.
Proses inflamasi pada sel saraf mungkin berpengaruh terhadap patologi penyakit Parkinson, dan penggunaan NSAID secara umum, dan ibuprofen secara khusus dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit tersebut. Dr Gao dan koleganya telah mempublikasikan laporan serupa di tahun 2003, menggunakan data dari NHS dan HPFS menunjukkan penurunan risiko Parkinson dengan ibuprofen, tetapi bukan aspirin. ((Arch Neurol. 2003;60:1059-1064). Demikian juga pada tahun 2005, menunjukkan penurunan risiko Parkinson sebesar 35% (Ann Neurol. 2005;58:963-967).
Pada studi terbaru ini, peneliti menganalisa data pada 136.197 pria dan wanita (yang bebas dari Parkinson dan penyakit lain pada baseline) yang dimasukkan dalam cohort prospektif dari NHS (sejak 1998) dan HPFS (sejak 2000). Penggunaan NSAID dinilai dengan menggunakan kuosioner. Untuk analisis terbaru ini, peneliti memasukkan data insidens terbaru. Selama 6 tahun periode follow up terjadi 291 insidens penyakit Parkinson. Peneliti melaporkan pengguna ibuprofen secara signifikan memiliki risiko Parkinson yang lebih rendah dibanding yang tidak menggunakan ibuprofen. Lebih lanjut, ada kaitan antara penurunan risiko Parkinson dengan dosis ibuprofen (P = 0,01). Nilai RR 95% CI dari beberapa NSAIDs dari studi tersebut meliputi: ibuprofen 0.62 (0.42 – 0.93) p=0,02, aspirin 0.99 (0.78 – 1.26) p=0,86, acetaminophen 0.86 (0.62 – 1.18) p=0,39, NSAIDs lainnya 1.26 (0.86 – 1.84) p=0,24.
Mekanisme kerja ibuprofen untuk penyakit Parkinson masih belum terlalu jelas, tetapi ibuprofen dapat mengaktifkan jalur PPARy (jalur ini sangat penting untuk Parkinson, karena jalur ini menghambat apoptosis, menekan kerusakan oksidatif, serta meredakan peradangan di otak. Kemungkinan mekanisme inilah yang menyebabkan ibuprofen dapat menurunkan risiko Parkinson, tetapi NSAID yang lain tidak. Langkah penting selanjutnya adalah untuk menyelidiki apakah ibuprofen dapat memperlambat progresivitas penyakit Parkinson pada pasien. Jika hal ini dapat dibuktikan dengan uji klinis, maka ibuprofen dapat menjadi terapi baru yang sangat berguna serta ekonomis untuk Parkinson.
Diposting oleh Seno di 06.34
Potensi Terapi Sel Punca dalam Dunia Kedokteran dan Permasalahannya
Check out this SlideShare Presentation:
Diposting oleh Seno di 20.48
"Mitos Bintitan "
source:tanyadokteranda.com
Diposting oleh Seno di 06.29 0 komentar
,,,Sepi Tuk Berkata dengan Kucing"..
,,mungkin hal itu yang bisa ku ungkapkan rasa pada dalam diriku. Sepi tanpa seorang pun yang melintas di kosan ku ini. suara canda dan tawa tak lagi terdengar ketika teman q pulang ke kampoeng masing-masing. Tak ada yang bisa diajak bicara. Hanya seekor cicak,jangkrik, semut dan kucing ada di sekitar q. Hening yang melelahkan mata tak cukup untuk membuat tidur q nyenyak. akhirnya ku putuskan untuk berbicara dan mengungkapkan kpda seekor kucing yang lucu di depan kamar kos q. aq memberinya sebuah makanan kecil dan sedikit demi sedikit dy mulai berbicara untuk akrab bersama ku. Ku belai halus bulunya yg lembut dan kucurahkan segala isi hatiku yg tak bs terungkap hanya padanya. Dia terdiam dan memberi respon "miiauww..miauu..miaww".Leganya diriku ad yang menemani kesepian dan kesendirian ku meski kau hanya seekor kucing.
--biarpun kau sepi dan sendiri, akan ada banyak cerita jika kau memulai tuk bercerita pada benda/makhluk sekitarmu--
Diposting oleh Seno di 08.59 3 komentar
Kecanduan OL di Facebook ,Bisa Depresi ?
Dalam era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi sangat berkembang dengan pesat terutama kemajuan dalam dunia maya khususnya internet. Jaringan internet banyak menawarkan kemudahan – kemudahan akses didalamnya seperti; facebook, ym, chating, game, browsing dan berbagai fasilitas lainnya. Kemudahan ini bisa dinikmati siapa saja tanpa mengenal umur baik dari anak-anak, dewasa sampai orang tua pun tidak mau kalah ketinggalan. Salah satu hal yang popular dalam dunia internet saat ini adalah “OL”(online). Bagi kalangan anak muda,mungkin istilah ini tidak asing lagi untuk didengar . “OL” adalah kegiatan online yang identik dengan hal yang namanya Facebook, dimana dalam Facebook kita lebih sering melakukan online mencari teman lama, menyampaikan undangan, mengucapkan selamat ulang tahun sampai berjualan, semuanya difasilitasi oleh Facebook. Ada beberapa pertanyaan yang mungkin perlu kita jawab, seberapa sering mengganti foto profil di Facebook ? Menghabiskan waktu lebih dari 1 jam perhari untuk facebook? Meng-update status lebih dari satu kali dalam satu jam? Mengabaikan pekerjaan karena terlalu sibuk ber-fesbuk-ria? Jika jawabannya iya, berhati-hatilah karena bisa jadi kita mengalami gejala-gejala kecanduan Facebook. Atau yang lebih parahnya lagi apabila kita merasa stres dan cemas karena tidak mengakses Facebook dalam sehari, kita benar-benar membutuhkan pertolongan untuk mengatasi kecanduan kita terhadap Facebook.
Tapi apakah kita pernah menyadari berapa banyak waktu yang telah kita habiskan hanya sekedar ber-fesbuk-ria tanpa tujuan yang berarti. Tidak hanya itu, mungkin kita juga tidak menyadari kalau sebenarnya kita sudah kecanduan Facebook. Facebook Addiction Disorder (FAD) adalah istilah yang digunakan para psikolog Amerika untuk mereka yang kecanduan Facebook dan kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh aktivitas Facebook yang tak terkendali. FAD merupakan bagian dari internet addiction. Walapun belum ada data statistik yang akurat tentang jumlah penderita FAD, menurut para terapis di Amerika, jumlah penderita FAD terus meningkat. Paula Pile, seorang konselor pernikahan dan keluarga di North Carolina, USA yang biasa menangani kasus social networking addiction, menyusun semacam kuis (Facebook Compulsion Inventory) yang berisi 15 pertanyaan untuk mengetahui tingkat kecanduan seseorang terhadap Facebook.
Menurut para ahli, masalahnya bukan pada situs Facebook melainkan masalah akan timbul jika pengguna Facebook mengabaikan keluarga dan pekerjaan karena mereka merasa jauh lebih mengasyikan menghabiskan waktu di dunia Facebook daripada di dunia nyata. Banyak kasus pertengkaran atau masalah dalam rumah tangga gara-gara keasyikan main Facebook. Sebagai contoh, seorang anak di Amerika meminta tolong ibunya untuk membantu mengerjakan PR tetapi ibunya terlalu sibuk dengan Facebook sehingga si anak dicuekin. Anak tersebut tidak habis akal lalu mengirimkan email ke ibunya untuk membantunya mengerjakan PR, namun usahanya itu sia-sia, email si anak tidak terbaca karena si ibu tetap sibuk online di Facebook. Hasil studi yang dilakukan di Cina peneliti Lawrence Lam mengabarkan sebagai tanda tentang penggunaan berlebihan ialah menghabiskan waktu sampai lebih 10 jam di internet. Gangguan muncul ketika para remaja tidak berada di depan komputer dan kehilangan perhatian dalam interaksi sosial. Dr. Michael Fenichel, ahli dalam bidang cyberpsychology, dalam artikelnya yang membahas tentang Facebook Addiction Disorder mengatakan bahwa FAD bisa membahayakan kehidupan sosial, pekerjaan, dan tatap muka interpersonal. Lebih lanjut, sebuah studi di Cina tentang internet addiction pada remaja menemukan fakta bahwa ada korelasi antara kecanduan internet dengan anxiety (kecemasan), selain itu bisa berakibat buruk terhadap prestasi di sekolah, terisolasi secara sosial, dan menghambat pengembangan psikososial remaja. Perlu diketahui bahwa lama kelamaan anxiety bisa menyebabkan depresi dan berakibat buruk terhadap kesehatan.
Facebook memang dahsyat, daya tariknya luar biasa. Selain fitur canggih yang dimiliki Facebook, ada beberapa faktor penyebab (dari sisi psikologi) mengapa banyak orang begitu menggandrungi situs ini. Pertama, keinginan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain dalam hal penampilan, tujuan perjalanan, shopping, pasangan, teman, dll. Kedua, rasa ingin tahu mengenai kehidupan orang lain dengan cara membaca status di wall-nya dan membuka foto album orang lain. Ketiga, rasa bosan yang mendera. Facebook bisa menjadi obat penghilang bosan dengan sajian berbagai macam games dan aplikasi lainnya. Keempat, kecemburuan yang teramat sangat. Seseorang yang terlalu pencemburu dan merasa hubungannya tidak aman dengan pasangannya menggunakan Facebook untuk mengecek / mengikuti jejak pasangannya melalui percakapan, kegiatan, dan apapun yang di tampilkan di Facebook pasangannya. Kelima, kesepian. Facebook bisa menjadi teman dikala kita merasa sangat kesepian dengan cara chatting, mengirimkan pesan, join group, mengomentari status atau foto-foto, dll. Kelima, merasa “bersalah”/tidak enak ketika orang lain mengetahui bahwa kita tidak mempunyai akun di Facebook. What??? Hari gini ngga punya Facebook, duh..ampun..ngga gaul banget sih.. Mungkin sebelum kalimat itu sampai di telinga, kita buru-buru bikin akun di FB. Facebook begitu fenomenal dengan ratusan juta fesbuker di seluruh dunia, dari mulai anak-anak sampai ibu rumah tangga semua kenal Facebook, sehingga kita merasa tidak enak atau takut dibilang nggak gaul kalau belum ikutan Facebook.
Browsing internet atau main Facebook sih boleh-boleh saja tapi kita harus bisa mengontrol diri jangan sampai diri kita yang dikontrol oleh Facebook. Jika kita tidak cukup cermat dan hati-hati dalam menggunakan Facebook maka kita bisa terbawa arus menjadi pecandu Facebook.
Diposting oleh Seno di 04.13 0 komentar