Sartono, Jasamu yang Terlupakan

Baru saja kita memperingati hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei lalu, upacara-upacara memperingati hari pendidikan nasional hampir kita lihat disekolah-sekolah, perguruan tinggi maupun instansi pemerintah yang melaksanakannya. Namun itu semua hanyalah sebuah perayaan simbolik untuk mengenang hari berdirinya pendidikan Nasional atas jasa Bapak Ki Hajar Dewantara. Tetapi dibalik semua itu, pendidikan saat ini masih perlu dibenahi dan perlu pembangunan ke arah yang lebih baik. Mulai dari infrastruktur dan tenaga pendidik yang layak bagi membangun masa depan anak bangsa yang gemilang.Mungkin kita pernah mendengar atau sering menyanyikan lagu “Hymne Guru” disetiap upacara bendera di sekolah kita.


Jawabannya pasti pernah,tapi sedikit sekali orang yang tahu bahkan mungkin tidak tahu siapa pengarang lagu itu sebenarnya. Sartono, seorang guru dan juga maestro sang pencipta lagu wajib “hymne Guru” pada era-80an. Pada era itu, Sartono sebagai guru mengikuti sebuah lomba mencipta lagu pendidikan.Dari 330 peserta,lagu ciptaanya menjadi pemenang dan beliau mendapatkan hadiah Rp 750.000,00 serta dikirim ke Jepang bersama belasan guru teladan lainnya.Namun dikala karyanya dikenal,Sartono dilupakan itulah kenyataan yang tidak seharusnya diterima oleh pahlawan kita ini.Beliau hidup sebagai guru tidak tetap hingga saat ini dalam kesederhanaan diusianya 72 tahun dengan gajih Rp 60.000,00 / bulan. Dan yang lebih memprihatinkannya lagi,beliau tidak menerima bantuan dari pemerintah sedikit pun atau royalti dari pemerintah Indonesia atas maha hasil karyanya.Sungguh terlalu seorang guru teladan dan maestro di negara ini harus hidup dalam kesulitan. Sedangkan banyak pejabat penting yang korup di negara kita ini bisa populer karena dosanya. Begitulah perjuangan seorang Pahlawan tanpa tanda jasa yang tak lekang oleh zaman. Karena Negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa pahlawannya.

Seberapa besarkah diri kita menghargai jasa pahlawan ?....